ima{jin}arium


Tak pernah kubayangkan kalau hari ini kita akan sampai di penghujung jalan ini. Sebab gerimis belum juga mengering setelah sehari sebelumnya kau menyematkan kecupan dibibirku tepat ketika langit membilas kita dengan air kehidupan. Kemarin bibirmu begitu liar dan cerewet, kau merekam setiap kisah yang kita rengkuh bersama. Lalu kita samasama tertawa, berteriak, tersenyum, bersitatap, dan sesekali kau mencubitku dengan bibirmu.

Pesan singkat yang kau kirim saat pagi masih rebah menunggu cericit pipit menjerit menjemput hari, kian membuyarkan sisasisa mimpi semalam. Tak banyak yang kau tulis, hanya sebaris di layar telepon genggam bertuliskan “maaf! Qt bubar skg..”. Dinding kamar tibatiba rubuh, bohlam jatuh tepat di dahi, ornamen beterbangan kesana kemari ikut menimpaku. Aku hanya diam pasrah menerima segala hantaman rasa yang kian membesar dan menjelma sesosok makhluk hitam yang menutupi kelopak mataku. Gelap!

Rekaman demi rekaman kisah itu hadir memenuhi ruang gelap. Disana ada rangkaian perjumpaan, masamasa ceria, pertengkaran, sukaduka, sampai potongan peristiwa kemarin terekam pula. Hingga akhirnya aku terbangun dan yang ada hanya aku dan kamar yang kosong, yang tersisa hanya kenangan. Ya, kau benar bahwa hidup itu mendaki anak tangga, kita hanya akan sampai pada masa depan ketika kita berhasil menyelesaikan setiap babak kehidupan. Dan mungkin ini adalah salah satu babak yang mesti kita akhiri.

Telepon genggam bergetar, pesan masuk “Goodbye, I’ll miss you..”[]

Categories: ,

Leave a Reply