ima{jin}arium



TIDAK seperti biasanya pagi ini aku bangun lebih awal dari penghuni rumah lainnya. Setelah merapikan tempat tidur langsung bergegas keluar menuju gerbang untuk melihat kotak surat yang ada di dekat tanaman bunga yang di tanam oleh ibu beberapa waktu yang lalu ketika kami baru pindah ke rumah ini. Melihat kotak surat adalah hal yang tidak lazim aku lakukan, entah karena tidak terbiasa bangun pagi atau memang malas karena aku seorang anak laki-laki. Tentu saja ada alasannya kenapa aku bangun sepagi ini dan melihat kotak surat, itu lantaran hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke dua puluh dan aku berharap agar mendapat ucapan selamat dari ayahku yang sudah dua tahun kami tidak bertemu, meski hanya lewat surat.


Kubuka kotak surat itu kemudian menengok melihat apa yang ada di dalam, namun tak ada satupun kutemukan surat disana dan betapa kagetnya saat retina mataku menangkap sebuah bayangan benda yang mirip kado. Tapi kelihatannya itu bukan kado karena yang aku tahu kado biasanya terbungkus dari kertas berwarna atau bermotif bunga dan lainnya. Benda itu hanya terbungkus Koran terbitan kota ini dengan sangat rapi. Segera kuambil benda itu dan kembali ke kamar untuk membukanya, penasaran apa isi dan dari mana datangnya benda aneh ini. Dengan sangat hati-hati, pelan-pelan kubuka Koran yang membungkus kotak kecil lalu melihat isinya.

Aku kaget untuk kedua kalinya karena setelah kubuka kotak kecil itu tak ada apa-apa didalamnya. Dengan sedikit menggerutu dalam hati, kubanting kotak kecil itu kemudian merobek Koran pembungkusnya dan kulempar ke tempat sampah berwarna biru yang ada di sudut kamarku.

Masih dengan hati yang kesal kutarik napas panjang dan merebahkan tubuhku ke ranjang lantas berpikir apa maksud dari semua ini. Sepertinya ada orang yang sengaja mempermainkan dan membuat hari yang semestinya penuh dengan kebahagiaan menjadi berantakan, aku harus tahu siapa dalang dari semua ini. Jika nanti aku mengetahui siapa orang yang melakukan ini padaku, kalau dia tidak masuk rumah sakit pasti tubuhnya telah terbujur kaku karena terkena belati hingga ususnya terburai.

Setelah berpikir keras aku kemudian bangun dan menuju ke kamar mandi untuk sekedar cuci muka, barangkali ini hanya sebuah mimpi buruk atau halusinasi saja. Belum lagi semua bagian mukaku terkena basuhan air, tiba-tiba terpikir sesuatu dan segera kembali ke kamar dan memungut kotak kecil beserta potongan Koran dari tempat sampah kemudian merangkainya kembali. Berulangkali kubolak-balik potongan Koran tadi hingga beberapa saat lamanya, mungkin saja ada sesuatu atau pertanda dari mana datangnya benda aneh ini. Hampir bosan aku dengan potongan Koran itu, tapi tak satu pun tanda-tanda bahwa ini betul-betul adalah sebuah kado atau bukan. Entah kenapa aku masih saja memikirkannya padahal tidak begitu penting untuk dipermasalahkan.

Dari balik pintu terdengar suara lembut Ibu memanggil untuk sarapan, hal yang sudah menjadi rutinitas Ibu setiap paginya. Belum berapa langkah, tiba-tiba langkahku terhenti lantaran kulihat ada sesuatu diantara potongan-potongan Koran tadi meski samar-samar sepertinya ada kata yang sengaja diberi tanda merah mungkin oleh si pengirim, segera saja kurangkai kembali potongan Koran itu dan melihat dengan seksama kata-kata yang diberi tanda merah itu. Setelah semua potongan sudah aku satukan, ternyata benar ada sebuah kalimat yang diberi tanda merah oleh si pengirim. Entah ini sengaja atau tidak yang jelas bunyi kalimat itu berbunyi “…apa saja yang telah engkau perbuat selama dua puluh tahun ini ?”

Categories:

Leave a Reply